Kalo
Slank lagi manggung dan Kaka menyebut nama si ganteng, inilah dia :
Mohamad ridho hafiedz, cowok kelahiran Palangkaraya 3 September 1973.
Orangnya kalem, sedikit imut-imtut dan konon emang paling bikin gemes
Slanker cewek alias Slanky. Sebelum bergabung dengan Slank pada
September 1997, nggak banyak yang mengenal sosoknya, kecuali buat mereka
yang pernah nyimak album last Few Minutes (LFM). Di inilah nugie dulu
pernah bergabung. LFM sebenarnya punya potensi buat maju. Cuma system
promosi yang asal-asalan membuat namanya tenggelam.
Si
bontot dari tujuh bersaudara ini mewarisi darah seni dari kakeknya.
Kelas 2 SMP mulai main jazz dengan spesifikasi instrumen bas. Merasa
nggak enjoy, kelas 2 SMU banting setir ke gitar. Kali ini girilan musik
jazz yang bikin jiwanya nggak puas. Ridho pun berpikir untuk memainkan
musik rock. Pemusik rock kan rata-rata gagah, begitu pikirnya. Latihan
keras pun dimulai. Hasilnya ? "Bokap ngamuk-ngamuk liat gue main
gitar di kamar, padahal esoknya mau ujian. Gitar yang gue mainin mau dia
banting," kata alumni SMUN 21 jakarta tahun 1991 itu.
Di
Palangkaraya, fasilitas musik kurang banget. Mana mungkin menyalurkan
bakat ? Ridho pun mulai terpengaruh sama cerita sukses pemusik daerah
yang urban ke Jakarta. Selepas SMP hengkanglah dia kesana. Berbagai
festival diikutinya. Gitar pun makin nggak bisa lepas dari kehidupannya.
Coba, orang tua mana yang nggak kuatir ? Ada satu festival yang
berlangsung di Jatinegara pada 1992. Bandnya berhasil masuk final.
"Waktu itu gue bawain lagu-lagu Slank. Slank sendiri saat itu jadi
bintang tamu," katanya mencoba mengingat masa lalu.
Lama
kelamaan hati sang ortu luluh juga melihat kekerasan hati Ridho. Pada
1996 ia cabut ke Amerika. Selama setahun ia kuliah di Musician Institute
– Guitar Institute of Technology. Pulang dari sana dia berhasil
ngantongin sertifikat. Padahal nggak semua siswa mampu memperolehnya.
Sepulang ke Jakarta, Ridho melihat kenyataan bahwa karir LFM makin nggak
jelas. Lepas dari kurang tergarapnya system promosi, grup ini kurang
memberinya kepuasan dalam bermusik. "Bukannya di LFM nggak ada
kebebasan, tapi konsep musik grup itu emang nggak memberinya kesempatan
buat geber-geberan. Dalam keadaan ngambang selepas dari LFM itulah ia
bertemu dengan Bimbim. Obsesinya segera terpenuhi ketika menggarap album
Matahati Reformasi yang sarat dengan kemarahan serta kritik-kritik yang
menyodok khas Slank. Nggak risih ikut-ikutan ngomong reformasi ? "Justru
karena sama Slank jadi nggak ada beban. Soalnya gue tahu dari dulu band
ini sudah aktif omong soal reformasi. Kalo bukan dengan mereka, gue
pasti nggak bakal mau ngomongin reformasi," Ridho memberi alas an.
Ada
peristiwa unik menjelang gabungnya instruktur gitar ini ke Slank. Setiap
mengajar, ia pantang ngidupin handphone. Alasannya mengganggu
konsentrasi. Entah kenapa saat itu secara sadar handphone dia hidupin.
"Nggak tau kenapa tuh, pokoknya HP sengaja gue pasang." Benar
saja, pada saat itu Ridho ditelepon Lulu Ratna, manajer tur Slank,
supaya dating ke jalan Potlot buat audisi. Akar blues yang kental
memudahkan cowok ini beradaptasi dengan warna musik Slank. Pada awal
bergabung, Ridho sadar betul perhatian orang tertuju sama dirinya dan
Abdee sebagai gitar Pay, tapi kemudian bersikap masa bodoh. Kalo
dipikirin terus, bisa-bisa stress . Mungkin kekhawatirannya itu cuma
sekedar sindrom anak baru. Siapa tahu, perhatian itu bakal beralih pada
dirinya. Itu soal waktu kok. Terbuktisekarang nggak satupun slanker yang
protes dengan kehadirannya. Bahkan ya itu tadi mereka dibikin gemes sama
gaya panggungnya. (Hai Klip Slank Okt ’98)
Komentar
Posting Komentar
Biasakan Beradat " Bebas Tapi Sopan "